Jumat, 30 Maret 2018

MAKALAH ANEKA PENDEKATAN PADA STUDI ISLAM


ANEKA PENDEKATAN PADA STUDI  ISLAM
DITUJUKAN UNTUK MATA KULIAH AL- ISLAM II




DISUSUN OLEH :
1.      AIDAH YULIANA
030216700
2.      ASTI RIZKIANI
030216685


KELAS: KHUSUS-A


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
DR.  KHEZ.  MUTTAQIEN
2017

KATA PENGANTAR


Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Aneka Pendekatan Pada Studi  Islam mata kuliah Al- Islam II ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah kita tentukan.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat secara maksimal bagi kegiatan pembelajaran mata kuliah Al- Islam II di kampus STIE DR. KHEZ. Muttaqien.
Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs.  Irham Musafir. , MH sebagai dosen mata kuliah Al- Islam II.  Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang Maha Kuasa.
Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.  Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.





Purwakarta,   Maret 2017


Penyusun


DAFTAR ISI
                                                                                                                                         
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C.     Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
D.    Manfaat Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendekatan dan Studi  Islam ............................................... 3
B.     Tujuan Studi  Islam ................................................................................ 4
C.     Pendekatan pada Studi  Islam ................................................................ 4
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ........................................................................................... 16
B.     Saran ..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN


A.           LATAR BELAKANG
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Al-qur’an dan Hadits tampak amat ideal dan agung.   Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.  Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesolehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab mana kala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional konseptual, dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Dalam memahami agama banyak pendekatan yang dilakukan.  Hal demikian perlu dilakukan, karena pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya.  Berbagai pendekatan tersebut meliputi pendekatan teologis, normative, antropologis, sosiologis, psikologis, historis dan pendekatan filosofis, serta pendekatan-pendekatan lainnya.  Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.  Apa itu Pendekatan dan Studi  Islam?
2.  Apa tujuan dari Studi  Islam?
3.  Apa sajakah yang termasuk pendekatan pada Studi  Islam?

C.       TUJUAN PENULISAN
Dengan adanya permasalahan diatas maka penulis mengangkat judul ini dengan tujuan agar para pembaca dapat memahami bagaimana model pendekatan dan model yang ada dalam Studi  Islam.

D.       MANFAAT PENULISAN
1.  Menambah wawasan terhadap materi Aneka pendekatan pada Studi  Islam
2.  Menambah ilmu pengetahuan penulis, khususnya dalam sistem pembuatan karya tulis


BAB II
PEMBAHASAN


A.       PENGERTIAN PENDEKATAN DAN STUDI  ISLAM
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendekatan adalah Pertama, proses perbuatan, cara mendekati.  Kedua, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode – metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.  Dalam bahasa Inggris pendekatan diistilahkan dengan “Approach”, dalam bahasa Arab disebut dengan “Madkhal”.
Dalam proses pendidikan  Islam pendekatan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yang sangat bermakna bagi materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan, sehingga dapat dipahami atau diserap oleh anak didik dan menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.
Studi  Islam atau di barat dikenal dengan istilah  Islamic Studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal – hal yang berhubungan dengan agama  Islam.  Dengan perkataan lainusaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk – beluk atau hal – hal yang berhubungan dengan agama  Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik – praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari – hari, sepanjang sejarahnya”.




B.       TUJUAN STUDI  ISLAM
Tujuan Studi  Islam secara umum adalah bertujuan memahami dan mendalami serta membahas ajaran – ajaran  Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar.  Sedangkan di luar kalangan umat  Islam studi ke Islaman bertujuan untuk mempelajari seluk beluk agama dan praktek – praktek keagamaan yang berlaku di kalangan umat  Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan.

C.       PENDEKATAN PADA STUDI  ISLAM
Berikut adalah beberapa pendekatan pada Studi  Islam :
1.      Pendekatan Antropologis
Antropologis sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia penting untuk memahami agama.  Antropologis mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan – perbedaan manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan berbagai budaya.
Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.  Melalui ini pendekatan agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
a.         Antropologi Sebagai Bidang Ilmu Humaniora
Antropologi adalah sebuah ilmu yang didasarkan atas observasi gartisipasi yang luas tentang kebudayaan, menggunakan data yang terkumpul, dengan menetralkan nilai, analisa yang tenang (tidak memihak) menggunakan metode komgeratifi.  Tugas utama antropologi, studi tentang manusia adalah untuk memungkinkan kita memahami diri kita dengan memahami kebudayaan lain.  Antropologi menyadarkan kita tentang kesatuan manusia secara esensil, dan karenanya membuat kita saling menghargai antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan Humaniora atau Humaniteis adalah bidang-bidang studi yang berusaha menafsirkan makna kehidupan manusia dan berusaha menambah martabat kepada penghidupan dan eksitensis manusia.  Menurut Elwood mendefinisikan ”Humaniora” sebagai seperangkat dari perilaku moral manusia terhadap sesamanya, beliau juga mengisyaratkan pengakuan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai kedudukan amung (unique) dalam ekosistem, namun sekaligus juga amat tergantung pada ekosistem itu dan ia sendiri bahkan merupakan bagian bidang-bidang yang termasuk humaniora meliputi agama, filsafat, sejarah, bahasa, sastra, dan lain-lain.  Manfaat pendidikan humaniora adalah memberikan pengertian yang lebih mendalam mengenai segi manusiawi.
Jadi antara antropologi dan humaniora hubungannya sangat erat yang kesemuanya memberikan sumbangan kepada antropologi sebagai kajian umum mengenai manusia.  Bagi para humanis bahan antropologis juga sangat penting.  Dalam deskripsi biasa mengenai kebudayaan primitif, ahli etnografi tradisional biasanya merekam sebagai macam mite dan folktale, menguraikan artifak, musik dan bentuk-bentuk karya seni, barangkali juga menjadi subjek analisa bagi para humanis dengan menggunakan alat-alat konseptual mereka sendiri.
b.         Ilmu-ilmu Bagian Dari Antropologi
Di universitas-universitas Amerika, antropologi telah mencapai suatu perkembangan yang paling luas ruang lingkupnya dan batas lapangan perhatiannya yang luas itu menyebabkan adanya paling sedikit lima masalah penelitian khusus:
1)      Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (evolusinya) secara biologis.
2)      Masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tumbuhnya.
3)      Masalah sejarah asal, perkembangan dan persebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia diseluruh dunia.
4)      Masalah perkembangan persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia.
5)      Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar diseluruh bumi masa kini.

c.         Signifikasi Antropologi Sebagai Pendekatan Studi  Islam
Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.  Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.  Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologis dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.  Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Powam Rahardjo, lebih mengutamakan langsung bahkan sifatnya partisipatif.
2.      Pendekatan sosiologis
Studi  Islam dengan pendekatan sosiologis adalah materi Studi  Islam yang mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat.  Bagaimana agama mempengaruhi pemikiran dan pemahaman keagamaan.
Studi Islam dengan pendekatan sosiologis dapat mengambil beberapa tema:
a.       Perubahan masyarakat (sosial change) biasanya didefinisikan sebagai perubahan sosial yang meliputi perubahan pada budaya.  Struktur sosial dan perilaku sosial dalam jangka tertentu.
b.      Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim.
Studi yang mempelajari pola – pola perilaku masyarakat muslim dengan sesama muslim dan toleransi beragama umat muslim.
c.       Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat
Digunakan untuk mengevaluasi pola penyebaran agama dan seberapa jauh ajaran agama diamalkan oleh masyarakat.
Jalaluddin Rahman dalam bukunya yang berjudul  Islam Alternatif, menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini  Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut:
a.       Pertama, dalam Al-Qur’an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar kedua sumber hukum  Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah.  Menurut Ayatullah Khomaeni dalam bukunya Al-Hukumah Al- Islamiyah yang dikutip Jalaluddin Rahman, dikemukakan bahwa perbandingan antara ayat-ayat ibadah dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu berbanding seratus – untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah (masalah sosial).
b.      Kedua, bahwa ditekankannya masalah muamalah (sosial) dalam  Islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
c.       Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakan diberi ganjaran lebih besar dari pada ibadah yang bersifat seorangan.  Karena itu shalat yang dilakukan secara berjamaah dinilai lebih tinggi nilainya dari pada shalat yang dikerjakan sendirian (munfarid) dengan ukuran satu berbanding dua puluh derajat.
d.      Keempat, dalam  Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu maka kifaratnya (tembusannya) adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
e.       Kelima, dalam  Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah.
Ilmu sosial dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama.  Hal ini dapat dimengerti karena banyak bidang kajian agama yang baru dipahami secara imporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosila.  Pentingnya pendekatan sosial dalam agama sebagaimana disebutkan diatas, dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial.  Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya.
Maksud pendekatan ilmu sosial ini adalah implementasi ajaran  Islam oleh manusia dalam kehidupannya.  Pendekatan ini mencoba memahami keagamaan seseorang pada suatu masyarakat.  Fenomena-fenomena ke Islaman yang bersifat lahir diteliti dengan menggunakan ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi dan lain sebagainya.  Pendekatan sosial ini seperti apa perilaku keagamaan seseorang didalam masyarakat apakah perilakunya singkron dengan ajaran agamanya atau tidak.  Pendekatan ilmu sosial ini digunakan untuk memahami keberagamaan seseorang dalam suatu masyarakat.

3.      Pendekatan Filosofis
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang mempersoalkan hakikat dari segala yang ada.  Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang berarti cinta kepada pengetahuan atau cinta kepada kebijaksanaan.  Dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu.  Dari definisi tersebut, apat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formannya.  Filsaat mencari sesuatu yang mendasar, asas inti , hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik proyek formanya filsfat mencari sesuatu yang mendasar, asas dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriyah.  
Berfiir secara filosofis dapat digunakan dalam memenuhi ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat, atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama dengan menggunakan pendekatan filosofis ini, seseorang dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya dan dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya.  
4.      Pendekatan Historis (Sejarah)
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya di bahas berbagai peristiwa dengam memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku peristiwa tersebut.  Pendekatan historis ini di gunakan sebagai upaya untuk menelusuri asal-usul serta pertumbuhan pmikiran dan lembaga keagamaan melalui periode perkembangan sejarah tertentu,serta untuk memahami peranan kekuatan yang dierlihatkan oleh agama dalam periode periode tersebut. Penelitian semacam ini harus dimulai dari masa yang paling awal yang dapat diketahui dalam sejarah manusia.
Menurut Hasan Usman, metodologi sejarah adalah suatu periodisasi atau tahapan-tahapan yang ditempuh untuk suatu penelitian sehingga dengan kemampuan yang ada dapat mencapai hakikat sejarah.  Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis yang bersifat empiris dan mendunia.  Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini  Islam, menurut pendekatan sejarah.  Ketika ia mempelajari al-quran, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasar kandungan al-quran itu terbagi menjadi dua bagian.  Bagi yang pertama, berisi konsep-konsep dan bagian kedua, berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Dalam bagian pertama yang berisi konsep-konsep, kita mendapati banyak sekali istilah alquran yang merujuk pada pengertian-pengertian normatif yang khusus doktrin-doktrin etik, aturan-aturan legal dan ajaran-ajaran keagamaan pada umumnya.  Pada bagian kedua yang bersi kisah-kisah dan perumpamaan al-quran ingin mengajak umat  Islam untuk melakukan perenungan untk memperoleh hikmah, melalui kontemlasi tehadap kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa historis ataupun menyagkut simbol-simbol.  Melalui pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.
Studi  Islam dengan menggunakan pendekatan sejarah yang meliputi:
a.       Sejarah Al – Qur’an.
b.      Sejarah Nabi.
c.       Sejarah Perkembangan  Islam.
1)      Periode Klasik, yaitu dimulai sajak Rasulullah sampai runtuhnya Dinasti Abbasiyah tahun 656 H.
2)      Periode Pertengahan, yaitu dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah sampai Abad 11 H.
3)      Periode Modern, yaitu dimulai sejak abad 12 sampai sekarang.

5.      Pedekatan Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati.  Dalam kaitannya dengan studi agama, maka pendekatan Psikologis dapat diartikan sebagai penarapan metode-metode dan data psikologis ke dalam studi tentang keyakianan dan pemahaman keagamaan untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang, atau dengan kata lain, pendekatan psikologis merupakan pendekatan keagamaan yang menggunakan paradigma dan teori-teori psikologis dalan memahami agama dan sikap keagamaan seseorang.
Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam pendekatan ini adalah dengan cara mempelajari jiwa seseorang melalui perilaku yang tampak yang mungkin saja dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.  Dalam hal ini, pendekatan psikologis tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama atau keyakinan yang dianut seseorang, melainkan dengan mementingkan bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
Pendekatan ini dapat dilakukan ketika berhadapan dengan masalah sikap dan perilaku yang ditampakkan oleh para pemeluk agama.  Penerapan pendekatan ini dalam Studi  Islam dapat dilihat, misalnya pada pengaruh yang ditimbulkan oleh ibadah puasa, dan haji terhadap perilaku yang nampak setelah ibadah tersebut dilakukan.
Pengertian psikologis agama pada mulanya sering terjadi permasalahan dalam memberi batasan yang jelas dan tegas terhadap  Islam.  Psikologi Agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap:
a.       Sikap dan tingkah laku seseorang atas mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku yang tidak terpisahkan dari keyakinannya.  Karena keyakinan ini masih dalam konstruk kepribadiannya.
b.      Psikologi agama merupakan ilmu jiwa yang memusatkan penelitiannya pada perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip – prinsip psikologi yang diambil dari Studi tingkah laku non religious.
c.       Psikologi khusus yang mengkaji sikap dan tingkah laku seseorang yang timbul dari keyakinan yang dianutnya berdasarkan pendekatan psikologis.
Sedangkan Psikologi Agama menitikberatkan pada:
a.       “Aspek Pengaruh” yakni ilmu yang mempelajari sikap dan prilaku seseorang sebagai hasil pengaruh keyakinan atau kepercayaan.
b.      Sebagai “Proses” terjadinya pengaruh tersebut.
c.       Kondisi” keagamaan seseorang yaitu mengkaji bagaimana terjadinya kemantapan dan kegoncangan jiwa dalam keberagamannya.

6.      Pendekatan Normatif.
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu agama dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan lainnya.  Amin Abdullah mengatakan bahwa teologi, sebagai mana kita ketahiu tidak bisa tidak pasti mengacu kepada agama tertentu.  Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa yang bersifat subyektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis.
Pendekatan normatif adalah Studi  Islam yang memandang masalah dari sudut legal-formal atau normatifnya.  Legal-formal adalah hukum yang ada hubungannya dengan halal dan haram, boleh atau tidak dan sejenisnya.  Sementara normatif adalah seluruh ajaran yang terkandung dalam nash.  Dengan demikian, pendekatan normatif mempunyai cakupan yang sangat luas sebab seluruh pendekatan yang digunakan oleh ahli usul fikih  (usuliyin), ahli hokum  Islam (fuqaha), ahli tafsir (mufassirin) danah lihadits (muhaddithin) ada hubungannya dengan aspek legal-formal serta ajaran  Islam dari sumbernya termasuk pendekatan normatif.
Sisi lain dari pendekatan normatif secara umum ada dua teori yang dapat digunakan bersama pendekatan normatif-teologis. Teori yang pertama adalah  hal - hal yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran serta dapat dibuktikan secara empirik dan eksperimental.  Teori yang kedua adalah hal-hal yang sulit dibuktikan secara empirik dan eksperimental. Untuk hal-hal yang dapat dibuktikan secara empirik biasanya disebut masalah yang berhubungan dengan ra’yi (penalaran).
Sedang masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan empirik (ghaib) biasanya diusahakan pembuktiannya dengan mendahulukan kepercayaan. Hanya saja cukup sulit untuk menentukan hal-hal apa saja yang masuk klasifikasi empirik dan mana yang tidak terjadi sehingga menyebabkan perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Maka sikap yang perlu dilakukan dengan pendekatan normatif adalah sikap kritis.
Adapun beberapa teori popular yang dapat digunakan dengan pendekatan normatif disamping teori-teori yang digunakan oleh para fuqaha’,usuluyin,muhaddithin dan mufassirin diantara adalah teori teologis-filosofis yaitu pendekatan memahami Al Qur’an dengan cara menginterpretasikannya secara logis-filosofi yakni mecari nilai-nilai objektif dari subjektifitas Al Quran.
Teori lainnya adalah normatif-sosiologis atau sosiologis seperti yang ditawarkan Asghar Ali Engerineer dan Tahir al-Haddad yakni dalam memahami nash (Al Qur’an dan sunah Nabi Muhammad SAW.) selain itu ada pemisahan antara nash normatif dengan nash sosiologis.  Nash normatif adalah nash yang tidak tergantung pada konteks.  Sementara nash sosilogis adalah nash yang pemahamannya harus disesuaikan dengan konteks waktu, tempat dan lainnya.
Dalam aplikasinya pendekatan nomatif tekstualis tidak menemui kendala yang berarti ketika dipakai untuk melihat dimensi  Islam normatif yang bersifat Qoth’i.  Persoalanya justru akan semakin rumit ketika pendekatan ini dihadapkan pada realita dalam Al-Quran bahkan diamalkan oleh komunitas tertentu secara luas contoh yang paling kongkrit adalah adanya ritual tertentu dalam komunitas muslim yang sudah mentradisi secara turun temurun,seperti slametan (Tahlilan atau kenduren).
Dari uraian tersebut terlihat bahwa pendekatan normatif tekstualis dalam memahami agama menggunakan cara berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dulu melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi.
Pendekatan normatif tektualis sebagaimana disebutkan diatas telah menunjukan adanya kekurangan seperti eksklusif dogmatis yang berarti tidak mau mengakui adanya paham golongan lain bahkan agama lain dan sebagainya. Namun demikian melalui pendekatan norrmatift tektualis ini seseorang akan memiliki sikap militansi dalam beragama sehingga berpegang teguh kepada agama yang diyakininya sebagai yang benar tanpa memandang dan meremehkan agama lainya.
7.      Pendekatan Kebudayaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti juga kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan.  Sementara itu, Sutan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur – unsur yang berbeda seperti pengetahuan kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya.  Didalam kebudayaan tersebut yang terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat, dan sebagainya.  Semuanya tersebut selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan oleh seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya.  Dengan demikian, kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus menerus diprlihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.

BAB III
PENUTUP


A.       KESIMPULAN
Dalam Studi  Islam dikenal adanya beberapa metode yang dipergunakan dalam memahami  Islam.  Penguasaan dan ketepatan pemilihan metode tidak dapat dianggap sepele.  Karena penguasaan metode yang tepat dapat menyebabkan seseorang dapat mengembangkan ilmu yang dimilikinya.  Sebaliknya mereka yang tidak meguasai metode hanya akan menjadi konsumen ilmu, dan bukan menjadi produsen.  Oleh karenanya disadari bahwa kemampuan dalam menguasai materi keilmuan tertentu perlu diimbangi dengan kemampuan di bidang metodologi sehingga pengetahuan yang dimilikinya dapat dikembangkan.
Diantara metode Studi  Islam yang pernah ada dalam sejarah, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua.  Pertama, metode komparasi yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama  Islam tersebut dengan agama lainnya.  Dengan cara yang demikian akan dihasilkan pemahaman  Islam yang objektif dan utuh.  Kedua metode sintesis, yaitu suatu cara memahami  Islam yang memandukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, abyektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis normative.  Metode ilmiah digunakan untuk memahami  Islam yang nampak dalam kenyataan histories, empiris, dan sosiologis.  Sedangkan metode teologis normative digunakan untuk memahami  Islam yang terkandung dalam kitab suci.  Melalui metode teologis normative ini seseorang memulainya dari meyakini  Islam sebagai agama-agama yang mutlak benar.  Hal ini didasarkan karena agama berasal dari Tuhan, dan apa yang berasal dari Tuhan mutlak benar, maka agama pun mutlak benar.  Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagai norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal.
Metode – metode yang digunakan untuk memahami  Islam itu suatu saat mungkin dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan adanya pendekatan baru yang harus terus digali oleh para pembaharu.  Dalam konteks penelitian, pendekatan – pendekatan (approaches) ini tentu saja mengandung arti satuan dari teori, metode, dan teknik penelitian.  Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam memahami agama.  Diantaranya adalah pendekatan teologis normative, antropologis, sosiologis, psikolohis, histories, kebudayaan, dan pendekatan filosofis.  Adapun pendekatan yang dimaksud disini (bukan dalam konteks penelitian), adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.  Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahman mendasarkan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma.  Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya.  Karena itu tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian filosofi, atau penelitian legalistik.

B.       SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.  Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.  


DAFTAR PUSTAKA

  

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sunshine Template by Ipietoon Cute Blog Design